Friday, September 7, 2012

Belajar Mendeteksi Fraud dalam 10 Menit




Salah satu software yang paling banyak digunakan untuk mendeteksi fraud adalah ACL. Dalam salah satu webinar-nya, ada tips bagus dan simple dari Sean Elrington (Senior Technica Specialist ACL) untuk mendeteksi fraud.

Kurang lebih gini caranya…

Suspicious numbers

Cara pertama yang sering dilakukan dalam mendeteksi fraud adalah dengan mencari angka-angka yang ‘mencurigakan’. Ini pake ilmu khusus, ‘curigation’ namanya (baru sekalinya denger sekarang? sama donk, he2x..)

Benford Analysis
Populer dengan nama Benford’s Law (kaidah atau hukum Benford), analisanya mengatakan bahwa secara umum dan internasional dalam sebuah populasi, angka yang berawalan 1,2, dan 3 akan berjumlah lebih banyak dari angka yang berawalan 7,8, dan 9. Akan tetapi supaya Benford’s Law ini dapat diterapkan secara efektif, angka-angka dalam satu populasi tersebut harus memenuhi beberapa syarat:

1. Tidak ada batas bawah angka tertentu
2. Lebih banyak nilai/angka-angka yang kecil daripada yang besar (misalnya lebih banyak satuan, puluhan, dan ratusan daripada ratusan ribuan atau puluhan juta)
3. Minimal 1000 data
4. Merupakan angka yang ‘natural’ (bukan daftar angka-angka berupa nomor telepon, KTP, NPWP, dan sejenisnya)
5. Berasal dari transaksi yang mirip/serupa (misalnya, data jumlah pembelian per-konsumen di bulan tertentu)

Harusnya pola yang normal dari sebuah populasi angka menurut Benford’s Law itu seperti ini:


Kurva yang di atas merupakan hasil analisa Benford’s Law yang dilakukan pake software ACL pada set data asli. Pas dimasukkan data palsu ato boongan, kurvanya jadi kayak gini:


Tapi analisa Benford’s Law ini tidak konklusif loh ya. Artinya, cuma menunjukkan adanya kemungkinan atau indikasi potensial terjadinya fraud. Perlu diinget juga bahwa adanya anomali dalam populasi data tidak selalu disebabkan fraud.

Even dollar transaction Kalo yang ini, adalah mencari angka-angka yang jumlahnya sama persis, kalo di ACL menggunakan function MOD atau MODULUS. Kenapa memangnya dengan angka-angka yang sama persis? Karena salah satu cara untuk melakukan fraud adalah dengan mencatat atau menjurnal transaksi palsu, yang kemudian akan dikoreksi atau di-adjustment. Misalnya fraud yang dilakukan dengan menggelembungkan nilai penjualan (sales) supaya dapet bonus gede, lalu dikoreksi atau dihapuskan sejumlah yang sama di periode selanjutnya.

Sekali lagi, tes ‘even dollar transaction’ ini juga hanya menunjukkan indikasi atau potensi terjadinya fraud. Adanya kesamaan data tidak selalu berarti fraud, tapi oke-lah buat memandu investigasi fraud.

Suspicious Vendors

Kalo yang ini, adalah teknik mendeteksi fraud dengan mencari vendor atau supplier atau rekanan yang ‘mencurigakan’. Biasa dikenal dengan istilah ‘phantom vendors’, yang sebenarnya cuma numpang nama doang dan nggak pernah mengirimkan barang ato jasa yang dipesan, tapi melakukan penagihan (invoice) dan dibayar. Yang kayak gini ini biasanya melibatkan orang dalem, yang terlibat dalam siklus pembelian atau procurement dan pembayaran atau payment.

Salah satu cara nyari suspicious vendors adalah dengan mencari keterkaitan atau relasi antara karyawan perusahaan dengan supplier atau vendor tertentu. Bisa dengan mencari kesamaan data antara karyawan dan  supplier, seperti alamat, nomor telepon, NPWP, nomor rekening bank, dll. Perusahaan dengan alamat PO. BOX. atau perumahan (apartemen, kompleks) juga bisa jadi mengindikasikan ‘phantom vendors’.

Di ACL juga ada function ’soundslike’ untuk mencari kesamaan data antara sesama supplier, yang bisa menjadi indikasi adanya ‘phantom vendors’. Misalnya ada 2 vendors, yang satu namanya PT. ABC, satu lagi PT. AB C (tambah spasi). Mencurigakan gak sih ???.

Suspicious bids

Salah satu fungsi yang paling rawan resiko fraud-nya adalah bagian pengadaan atau pembelian atau procurement. Salah satu modus yang biasa dilakukan yaitu dengan memberikan informasi yang tidak fair kepada calon supplier. Jadinya yang menang 4 L (loe lagi loe lagi) wah CPD (cape dech).

Fraud test yang bisa dilakukan adalah dengan membandingkan tanggal penerimaan dokumen penawaran dengan tanggal pengumuman hasil pemenang. Supplier yang secara konsisten memenangkan tender dengan memasukkan penawaran mendekati tanggal pengumuman hasil tender bisa jadi mendapat info (baca: kolusi) dengan orang dalam. Misalnya dikasih tau harga penawaran supplier lain, dsb.

Penulis : A.Zaky Syeban,SE.,Ak

No comments:

Post a Comment